Sangat santer ditelinga kita bahwasanya, ada sindikat penculik yang menargetkan anak-anak sebagai korbannya. Anak-anak di culik kemudian diambil organ tubuhnya untuk kemudian dijual dengan harga yang fantastis. Begitulah kiranya informasi-informasi yang kita dapatkan dari berbagai sumber media sosial dalam bentuk pesan berantai, obrolan di group media sosial, rekaman suara dan bahkan ada videonya sebagai bukti pedukung.
Hal ini, tentu meresahkan warga masyarakat, mengusik ketentraman dalam kehidupan bahkan ada rasa takut yang berlebihan untuk hanya sekedar keluar rumah sebentar untuk berinteraksi dengan tetangga. Pada saat sekarang ini, semua informasi sangat terbuka dan mudah kita akses kapan pun, dimana pun dan oleh siapa pun. Era keterbukaan informasi, menjadikan informasi seperti buih di samudera, segala hal disebar luaskan tanpa adanya pengkajian ulang & keseimbangan informasi atau Check & Balance Source.
Tetapi informasi manakah yang relevan dan terbukti kebenarannya sesuai dengan data, fakta dan logika. Disini saya sebagai penulis, membuat analisis sederhana dari berbagai sudut pandang baik sebagai orang tua dan masyarakat pada umumnya. Dari banyaknya informasi yang beredar dikuatkan dengan beberapa unggahan rekaman suara dan video serta pernyataan pendukung lainnya, kita sebagai penerima informasi tentunya akan menanggapinya dengan berbagai respon atau umpan balik yang beragam seperti takut, khawatir, sedih, bingung, marah dan sebagainya. Kesemuanya itu adalah hasil pengelolaan informasi di otak kita yang menimbulkan perasaan dalam Negativity Bias.
Perasaan tidak enak atau negativity bias yang dihasilkan oleh pikiran ketika menerima sebuah informasi harus kita sikapi dengan bijak. Jika tidak, maka Negativity Bias akan mudah menyerang kedalam diri kita sehingga kita mudah terprovokasi dan terjebak dalam pusaran informasi palsu yang menyesatkan memasuki jiwa dan pikiran kita, sehingga kita mudah terdoktrin oleh informasi-informasi yang penuh rekayasa.
Saya tidak menyatakan informasi mengenai penculikan itu benar atau salah tetapi saya lebih menitikberatkan kepada analisa yang berdasarkan kepada data, fakta dan logika. Dikutip dari www.waspada.co.id; Kabid Humas Polda Sumut Bapak Kombes Pol. Hadi Wahyudi menyatakan bahwa “Sejauh ini laporan tentang penculikan yang ramai di media sosial itu belum ada di wilayah hukum Polda Sumut dan Jajarannya. Walaupun begitu, Kami (red:polda sumut) menghimbau kepada orang tua untuk tetap waspada. Orang tua peka terhadap lingkungan masing-masing dan segera menanyakan tujuan apabila orang yang tidak dikenal datang”.
Dari pernyataan Kabid Humas Polda Sumut, secara logika ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menebarkan rasa takut dan mungkin juga ada pihak-pihak tertentu ingin mencari keuntungan dari ketakutan masyarakat. Bagaimana pun juga, kita harus tetap berhati-hati dan waspada atas segala kemungkinan yang ada. Isu-isu yang berkembang mengenai penculikan anak harus kita sikapi dengan bijak dengan cara menjaga lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah tempat anak kita belajar. Mengkomunikasikan ide atau gagasan kepada RT/RW, lurah atau kepala desa dan kepala sekolah untuk menciptakan suasana aman bagi kita dan anak kita baik dalam kehidupan sehari-hari dan kegiatan belajar anak kita yang menjadi salah satu fokus utama dalam isu ini. Satu hal yang terpenting adalah kita harus menjaga kondisi mental anak kita agar proses belajarnya maksimal tanpa adanya rasa takut yang berlebihan namun harus tetap berhati-hati dengan orang tidak dikenal dan tetap kita bergantung kepada Allah Subhanawata’ala, Tuhan Yang Maha Esa Sang Maha Mengawasi.
Bagaimana tanggapan anda, mengenai isu penculikan ini? Silahkan tuliskan di kolom komentar
Diterbitkan : 04/02/23 17.25
Penulis : RD
Deli Serdang, (AIKO)
Pada hari Ahad (8/1/23), perwakilan tim da&...
Deli Serdang, (AIKO)
Menjawab perubahan-perubahan dan dinamika d...
Sangat santer ditelinga kita bahwasanya, ada sindikat penculik yang menarg...